Erick: Konversi 50 GW PLTU PLN ke Energi Hijau Tak Terelakkan

Erick: Konversi 50 GW PLTU PLN ke Energi Hijau Tak Terelakkan
August 16, 2021 No Comments DINAMIKA NEWS dinamika

Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia sepakat untuk bebas karbon pada 2060 melalui penggunaan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan kesepakatan dunia dalam Paris Agreement untuk mengurangi emisi karbon guna meredam dampak perubahan iklim.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir turut angkat suara mengenai hal ini. Dia mengatakan, mau tak mau Indonesia juga harus berbenah dalam penggunaan energi fosil, salah satunya yaitu mengurangi energi fosil dan beralih ke energi terbarukan. 

“Kalau tidak (menjalankan kesepakatan pengurangan emisi), produksi akan diberi tax (pajak) setinggi-tingginya, bahkan tak bisa masuk (ke luar negeri). Oleh karena itu, salah satu caranya adalah bagaimana hasilkan listrik dari energi terbarukan,” katanya dalam “Launching Produksi Oksigen PLN Peduli” secara virtual, Kamis (12/8/2021).

Menurut Erick, Indonesia diberi waktu setidaknya 34 tahun untuk mengonversi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara menjadi pembangkit energi terbarukan. Oleh karena itu, Indonesia melalui PT PLN (Persero) harus melakukan melakukan perubahan. Dia mengatakan, pada 19 tahun pertama sebesar 21 GW PLTU berbasis batu bara akan dikonversi menjadi energi terbarukan. Kemudian, pada 15 tahun berikutnya, harus mengubah PLTU menjadi pembangkit energi terbarukan sebanyak 29 GW.

“Ini sesuatu yang tidak terelakkan, transformasi besar-besaran harus terjadi sekarang,” tegasnya.

Dia menyebut, utang PLN saat ini mencapai Rp 500 triliun, sehingga harus ada terobosan pada perusahaan pelat merah tersebut. Di tengah utang yang menumpuk, PLN tentu butuh dana lebih besar untuk mengubah pembangkit menjadi energi terbarukan. Ditambah lagi adanya penugasan pemerintah yang harus melakukan kompensasi dan subsidi, sehingga menurut Erick tidak ada jalan lagi bagi PLN selain melakukan terobosan.

Menurutnya, ada dua hal besar yang harus menjadi perhatian PLN. Pertama, bagaimana menekan belanja modal (capital expenditure/capex) dengan cara tak ada lagi proyek aneh agar arus kas PLN berjalan dengan lancar. Kedua, utang PLN yang mencapai Rp 500 triliun harus dilakukan refinance dengan bunga lebih murah sehingga memperkuat arus kas.

“Saya dapat laporan Rp 30 triliun (refinance) akan ditingkatkan terus. Rapat tiga menteri kemarin sudah relaksasi di mana kompensasi perlu 2 tahun sekarang bisa 6 bulan. Sesama menteri kita gotong royong. Dengan perbaikan cash flow ini, smart grid akan ditingkatkan, kebocoran-kebocoran akan dikurangi supaya PLN dengan bangga berdiri sejajar dengan perusahaan listrik di global,” jelasnya.

Erick meyakini, PLN bisa melakukan transformasi. Untuk itu dia menyerukan untuk berhenti melakukan permainan proyek yang tidak penting.

“Stop permainan proyek tidak penting. Komisaris dan direksi membuktikan bisa menekan capex hampir 24% atau Rp 24 triliun itu luar biasa karena kesehatan PLN menjadi penting,” pungkasnya.

sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20210812125356-4-267972/erick-konversi-50-gw-pltu-pln-ke-energi-hijau-tak-terelakkan